Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pembagian iman dalam ilmu tasawwuf



Secara harfiah, iman berasal dari akar kata amana yu'minu, yang berarti mempercayai atau membenarkan. Namun, dalam istilah syari'at, iman berarti membenarkan dan meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan-nya, mempercayai para malaikat, para rasul, serta kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, meyakini akan adanya hari akhir, dan menerima bahwa qodha dan qodar semuanya berasal dari Allah. 

Iman terletak bukan pada lisan, namun pada batin. Tujuannya agar mempermudah musyahadah wujud Allah. Hikmahnya untuk menyempurnakan makrifat, dan mengistiqomahkan hati untuk senantiasa mengingat Allah. 

Di dalam Ilmu Tasawwuf, iman terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Iman orang awam


Iman orang awam adalah iman kebanyakan kaum muslimin. Dalam ilmu tasawwuf, tingkatan ini adalah tingkatan iman paling bawah. Mereka mengimani adanya Allah, percaya keberadaan malaikat-malaikat Allah, mempercayai para rasul serta kitab-kitab yang dibawanya, percaya hari kiamat, dan mengimani qodha dan qodar. 

2. Iman orang khowas

Iman orang khowas adalah imannya orang-orang yang senantiasa merasa bahwa Allah bersamanya, setiap waktu tak lepas ingatan dan perasaannya bahwa Allah tak akan luput mengamatinya. Ia selalu merasa setiap gerak gerik dan tingkah laku senantiasa diperhatikan Allah. 

Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW ditemani oleh Sayyidina Abu Bakar assiddiq. Sedangkan kaum kafir Quraisy mengejar mereka. Rasulullah dan sahabat Abu Bakar memutuskan untuk bersembunyi di dalam gua. 

Tak lama kemudian, rombongan kafir Quraisy tiba di mulut gua. Mereka mencurigai Rasulullah ada di dalam gua tersebut, namun karena melihat sarang laba-laba di mulut gua yang tak hancur, mereka jadi ragu. Sedangkan Sayyidina Abu Bakar merasa takut ketika mengetahui kaum kafir berdiri tak jauh dari tempatnya. Kemudian turun Firman Allah ta'ala : لا تَخَفْ وَلاَ تَحْزَنْ إِنَّ الله مَعَنَا
Artinya : Janganlah engkau takut dan sedih, sesungguhnya Allah bersama kita. 
Maka seketika itu tenanglah Sayyidina Abu bakar, dan ia merasa yakin bahwa Allah senantiasa bersama. 

3. Iman Khowasul Khowas

Yang terakhir ini adalah tingkatan iman tertinggi . Pada tingkatan ini, seseorang akan dibuka hijab oleh Allah, dan merasa tidak ada yang maujud kecuali hanya Allah. Mereka senantiasa tenggelam dalam mengingat Allah dan meyakini hanya Allah yang ada, sedangkan yang lain lebur dalam dzat-Nya. Bahkan, diri sendiri pun hancur dan fana, yang ada hanya Allah dan Allah, tidak ada yang lain. 

Namun perlu saya ingatkan kembali, bahwa iman itu ada pada batin, bukan pada perkataan. Mengingat zaman sekarang banyak orang yang mengaku sudah sampai pada tingkatan iman yang terakhir ini, namun hanya sebatas perkataan, sedangkan nyatanya sangat jelas ia masih sangat jauh pada tingkatan ini. 

ولِلهِ المشرقُ والمغربُ فأينمَا تولُّوا فثمَّ وجهُ الله(البقرة : ١١٥)
Dan milik Allah lah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap, di sana ada Allah. 

أنَّ اللهَ مَوجودٌ في كُلِّ ذَرّة الوجودِ شهودًا ذوقيًّا لا قوليًّا

Sesungguhnya Allah itu maujud (ada) pada setiap sesuatu, berdasar perasaan, bukan sekedar perkataan. (Sumber : kitab Zadul Muttaqin). 

Wallahu a'lam


Post a Comment for "Pembagian iman dalam ilmu tasawwuf"