Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jangan hina keluarga Nabi!

Kemuliaan Ahlul Bait Nabi

Sebagian dzurriyyah Nabi yang berdakwah di Nusantara

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Diperkirakan jumlah ummat muslim di Indonesia adalah 207 juta jiwa, sebagian besarnya adalah muslim beraliran sunni (Ahlussunnah Wal Jama'ah). Kalau kita mempelajari sejarah perkembangan Islam di negeri tercinta ini, maka tak akan lepas dari jasa para pendakwah dari kalangan keluarga Nabi (Ahlul Bait). Sebut saja Wali Songo, ketika kita menelusuri sejarah hidup mereka secara seksama, kita akan menemukan nasab mereka bersambung dengan Imam Al Muhajir di Hadramaut, dan Imam Al-Muhajir adalah keturunan Rasulullah. 

Mengenai sejarah hidup Imam Al-Muhajir InsyaaAllah akan saya ulas lain kali. 

Setiap shalat kita selalu membaca sholawat kepada Nabi ketika duduk Tahiyyat, lalu diiringi bacaan sholawat yang ditujukan kepada keluarga Nabi. Tapi sampai saat ini sudah tahukah anda siapakah yang dimaksud dengan keluarga Nabi? 

Disebutkan dalam Kitab Syarah Ta'lim wal Muta'allim, keluarga Nabi terbagi menjadi dua. Pertama, keluarga di segi nasab. Kedua, keluarga di segi sabab. 

Yang di maksud keluarga Nabi secara nasab adalah keturunan Sayyidina Ali, Sayyidina Abbas, Sayyidina Ja'far, Aqil, dan Harits bin Abdul Muthalib. Adapun yang dimaksud keluarga Nabi secara sabab adalah siapa saja yang mengikuti jalan Nabi SAW. Maka untuk yang kedua ini bisa diartikan siapa saja bisa menjadi keluarga Nabi secara sabab, asal ia benar-benar mengikuti jejak langkah Nabi SAW. Dalam hal ini kita bisa mengambil contoh Sayyidina Salman Al-Farisi. Ia tidak memiliki hubungan nasab dengan Nabi, tetapi diakui Nabi sebagai bagian dari keluarganya. Nabi bersabda, "sesunggunya Salman adalah bagian dari keluargaku."

Dalam tulisan ini saya hanya akan fokus membahas tentang kemuliaan keluarga Nabi di segi Nasab. Di Indonesia mereka biasa dipanggil Habib kalau laki-laki, dan Syarifah kalau perempuan. 

Sebutan Habib sendiri berawal pada masa Syekh Umar bin Abdurrahman Al Atthos yang berasal dari Huraidhoh, Hadramaut. Saat itu beliau sangat dicintai oleh Masyarakat sehingga mereka memanggil beliau dengan sebutan Habib yang berarti sang Kekasih. 

Mengenai kemulian ahlul bait Nabi, maka Rasulullah pernah bersabda ketika menikahkan Sayyidina Ali dengan Sayyidatuna Fatimah, "semoga Allah memberkahi kalian berdua, dan menaikkan derajat nenek moyang keduanya, serta semoga keduanya melahirkan keturunan yang banyak dan baik."
Sayyidina Anas bin Malik Ra berkomentar tentang hadist di atas. Ia mengatakan, "demi Allah. Keduanya sungguh memiliki keturunan yang banyak lagi baik."

Imam Al Ghazali rahimahullah mengatakan, "kemuliaan nasab ada pada tiga hal. Pertama adalah nasab yang bersambung kepada Rasulullah, maka yang satu ini tak ada apapun yang dapat menandingi kemuliaannya. kedua, nasab yang bersambung dengan Ulama, karena mereka adalah pewaris para Nabi. Ketiga, adalah nasab yang bersambung kepada orang-orang sholeh lagi takwa, Allah berfirman tentang dua anak pada zaman Nabi Musa, "dan kedua nenek moyangnya adalah orang-orang sholeh." hal itulah yang mendorong Nabi Khidir untuk memperbaiki tembok rumah keduanya yang sudah hampir roboh.

Rasulullah bersabda, "Cintailah Allah karena nikmat yang telah dilimpahkannya kepadamu, cintailah diriku karena cintamu kepada Allah, cintailah keluargaku karena cintamu kepadaku."

Di lain kesempatan beliau juga pernah bersabda, " ada golongan yang senantiasa menyakitiku dengan menyakiti keluargaku. Ketahuilah! Barangsiapa menyakiti keluargaku niscaya ia telah menyakiti diriku, dan barangsiapa menyakiti diriku niscaya ia telah menyakiti Allah."

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal keluar bersama rombongan murid serta pengikutnya, manakala beliau ingin memasuki sebuah bangunan, ia berhenti saat ketika hadir di dekatnya seorang anak kecil dari keluarga Nabi. Imam Ahmad bin Hanbal pun mengatakan, "Silahkan wahai tuan kami, silahkan anda masuk lebih dulu." kemudian beliau meneruskan kata-katanya "sesungguhnya anak ini adalah manusia mulia dari keturunan Nabi. Aku tidak akan mampu mendahuluinya."

Adapun di Kalimantan Selatan, siapa yang tidak tahu dengan Maulana Syekh Zaini Ghani. Beliau adalah sosok ulama kharismatik yang sangat mencintai dan memuliakan ahlul bait. Dikisahkan dahulu di Martapura ada seorang Habib tua yang bernama Habib Zein Al Habsyi. Beliau biasa mencari nafkah dengan menjual minyak Wangi keliling. Disebabkan masyarakat yang tidak faham kemuliaan ahlul bait, maka mereka memperlakukan Habib Zein sama seperti perlakuan kepada kawan-kawan mereka, padahal Habib Zein adalah seorang dzurfiyyat Nabi yang sholeh lagi alim. Ia adalah murid dari Habib Ali Shohibul Maulid Simtudduror. Mengetahui hal itu lantas Syekh Zaini Ghani menyuarakan kepada seluruh ummat agar memuliakan keturunan Rasulullah. Berkat beliaulah sampai saat ini masyarakat Kalimantan begitu mencintai serta memuliakan kalangan Habaib. 

Lalu bagaimana dengan Habib yang nakal dan tidak mencerminkan akhlaq datuknya? Masih kah kita harus memuliakannya? 

Baik, pertanyaan yang sama juga pernah saya tanyakan kepada Guru Saya. Beliau menjawab, "Cintai Nasabnya, namun jangan perangainya.'
Nah kawan, apabila kita melihat dzurriyyat Nabi yang melenceng dari ajaran Rasulullah, maka kita jangan membenci orangnya, tapi cukup benci perangainya. Kalau bisa nasehati dengan cara yang baik, sebab mereka juga manusia yang bisa berbuat salah. Jangan dicaci maki! Apalagi difitnah. Sebab ketika mereka merasa tersakiti maka sama saja kita menyakiti datuknya, yaitu Baginda Nabi SAW. 

Sahabatku, cintai dan muliakanlah keluarga nabi, sebab dalam diri mereka terkandung darah daging Rasulullah. Jangan sekali-kali menghinakan mereka. Namun apabila melihat mereka melenceng dari jalan datuknya maka nasehati dengan cara yang baik. Jangan dihina atau dimaki dan tidak perlu ditiru. Boleh membenci perangainya yang kurang baik namun tidak boleh membenci dirinya. 

Semoga Rasulullah memberikan kita syafaat dihari pembalasan kelak dengan berkat mencintai dan memuliakan keturunannya. 
Ingat! Rasulullah pernah bersabda, "seseorang akan dikumpulkan beserta orang yang dicintainya." mencintai ahlul bait adalah bagian dari mencintai Nabi, maka mencintai mereka adalah kesempatan bagi kita untuk bisa bersama Nabi di surga kelak. Aamiin. 

Referensi :
1) Fawa'idul Mukhtaroh lisaliki Thoriqil akhirah. Karya Al Habib Ali bin Hasan Baharun. 
2) Hadramaut Bumi Sejuta Wali. Karya Ahmad Imron dan Syamsul Hary
3) Biografi Ulama Hadramaut. Karya Al Allamah Al Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur. 
4) Ta'lim Muta'allim. Karya Syaikh Azzarnuji
5) Syarah Ta'lim Muta'allim. Karya Syaikh Ismail bin Ibrahim. 
6) Kenalilah Keluargamu Wahai Alawi. Karya Dr. Habib Alwi bin Hamid bin Syihabuddin. 


Post a Comment for "Jangan hina keluarga Nabi! "