Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Imam Muhajir , Nenek Moyang Bani Alawy (bagian 2)

Imam Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa, Nenek Moyang Bani Alawy (bagian 2)



Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Imam Muhajir berasal dari Irak. Ia dikenal sebagai orang yang berilmu serta berlimpah harta, namun ketika terjadi pemberontakan Negro dan Qaramithah, ia bersama keluarga memutuskan untuk hijrah demi menyelamatkan Aqidah dan seluruh keluarganya dari fitnah. Maka berhijrahlah mereka ke Haramain,dan di sana Imam Muhajir bertemu dengan rombongan dari Tihamah dan Hadramaut.

Mereka mengadukan kekacauan yang terjadi di negeri mereka yang disebabkan oleh golongan Khawarij. Maka Imam Muhajir bersedia untuk menolong mereka dan memutuskan untuk hijrah.

Hadramaut pada waktu itu berada di bawah pengaruh  Ibadhiyah,suatu gerakan Khawarij yang dipelopori oleh Abdullah bin Ibadh al-Ma'adi. Gerakan ini pertama kali muncul pada abad kedua hijriah di bawah pimpinan Abdullah bin Yahya al-Umawi.

Ibadhiyah dan Ahlussunnah merupakan dua manhaj terbesar yang hidup di Hadramaut. Namun, Khawarij lebih merata hingga datang Al-Muhajir.

Imam Muhajir hijrah ke Hadramaut bersama keluarganya. Sayyid Muhammad bin Sulaiman AL-Ahdal,salah seorang rombongan memutuskan untuk tinggal di Murawa'ah, Tihamah. Sedangkan Sayyid Ahmad al-Qudaimi memutuskan untuk menetap di lembah Surdud, Tihamah.

Dengan idzin Allah, mereka jadi tonggak menyebarnya keturunan Rasulullah di negeri tersebut.

Sedangkan Imam Muhajir meneruskan perjalanan ke desa al-Jubail, kemudian ke Hijrain, setelah itu ia tinggal di desa Bani Jusair, hingga akhirnya ia pindah ke Husaisah. Di setiap tempat yang disinggahi, ia selalu menyempatkan diri untuk berdakwah. Banyak orang yang tertarik dengan beliau, lalu akhirnya menjadi pengikutnya. Kecuali sedikit dari golongan Kawarij. Maka beliau memutuskan untuk mendatangi mereka dan memberkan pemahaman yang baik.

Imam Muhajir aktif berdialog dengan golongan Ibadhiyah, dengan bijaksana dan teladan mulia. Cara beliau menjadi daya tarik tersendiri bagi para lawan diskusi, sehingga menumbuhkan simpati di hati mereka. Ibadhiyah sendiri memang aliran yang mau berdiskusi tentang faham mereka. Mereka juga banyak bersikusi dengan ulama lain tentang banyak hal. Dan, Imam Muhajir adalah orang yang ahli dalam hal meyakinkan lawan bicara.

Sayyid Abdurrahman bin Ubaidillah mengatakan bahwa al-Muhajir dan putra-putranya terus melancarkan argumen kepada Ibadhiyah sampai mereka kehabisan dalil dan pegangan.

setelah perjuangan yang tak kenal lelah dan dengan penuh kesabaran, maka Imam Muhajir berhasil menanamkan manhaj dakwah yang khas. Beliau juga berhasil menanamkan faham Ahlussunnah wal Jamaah di bumi Hadramaut. Setelah itu semua akhirnya AlMuhajir berpulang ke hadirat Allah pada tahun 435 H. Beliau dimaqokan di al-Husayyisah, tepatnya di Syi'ib Makhdam. Makam beliau ramai diziarahi hingga saat ini.

Di sekitar makam beliau juga ada makam Sayyid Al Allamah Ahmad Al-Habsyi. Dulu, setiap tahun selalu ada peringatan masuknya Imam Muhajir ke Hadramaut. Tradisi ini sempat terputus, lalu diadakan lagi dalam bentuk lebih terbatas. Pada tahun 1422 H, ditambahkan beberapa peringatan yang sesuai dengan zaman, seperi seminar tentang sampainya Imam Muhajir ke Hadramaut.

Baca juga: Biografi Datuk Walisongo, Imam Al Muhajir

Wallahu A'lam

Sumber : Biografi Ulama Hadramaut. Karya Al Habib Abu Bakar Al Adni Al Masyhur.


Post a Comment for "Imam Muhajir , Nenek Moyang Bani Alawy (bagian 2)"