Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Hikmah : Pentingnya Memiliki Guru

Pentingnya Belajar Kepada Guru


Syekh Hasan Hitou (duduk di kursi) 

Sudah tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang, karena dengan ilmu hidup akan lebih terarah, itulah sebabnya Rasulullah pernah mengibaratkan ilmu itu seperti cahaya. Ia menerangi jalan orang yang memilikinya. Ilmu juga bisa didapat di mana saja dan kapan saja, baik di kelas, di majlis, dan tempat lainnya. Ilmu juga bisa didapat dari mana saja, baik dari teman, buku, pengalaman,bahkan dari internet.

Walau begitu, bukan berarti ilmu boleh dicerna sembarangan, haruslah ada guru yang membimbing. Guru berperan seperti pelukis dan murid seperti kanvas. Seberapa indah lukisan pada kanvas adalah tergantung seberapa ahli sang pelukis.

Orang yang belajar tanpa bimbingan seorang guru tak ubahnya seperti pengembara yang menjelajah tanpa penunjuk arah, ia tidak tahu apakah berada di jalan yang benar atau tidak.

Berkenaan dengan pentingnya memiliki guru pembimbing, ada sebuah cerita menarik yang pernah dialami salah satu guru dari Dr. Syekh Hasan Hitou di Universitas Al-Azhar. Saat itu, guru dari Syekh Hasan Hitou masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Al-Azhar.


Suatu ketika, sang Syekh muda  menelaah sebuah kitab fiqih, ia membaca bab mu’amalah. Di saat tengah asik membaca, ia menemukan sebuah redaksi atau teks kitab yang dirasanya aneh. Ia menemukan sebuah redaksi yang berbunyi, “ Ùˆ يحرم بيع بر مبلول ببر مبلول wa yahrumu bai’u barambalul bi barambalul ( dan haram hukumnya menjual barambalul dengan ditukar barambalul)". Ia mengernyitkan dahi. “Apa maksud dari teks ini?.” Ia bergumam.

 Saat itu ia tengah dilanda kebingungan. Ia tak akan meneruskan membaca sebelum memahami maksud dari teks yang ia baca. Maka sang Syekh muda mencoba mencari jawaban sendiri. Beberapa buah kamus bahasa Arab ia teliti, bahkan kamus-kamus non arab pun juga ia telusuri, hasilnya nihil, kebingungannya masih tak terjawab. Kemudian ia beralih ke kitab-kitab klasik dan kontemporer, ternyata jawaban tuk pertanyaannya itu juga tak ditemukan.


 Di tengah kebingungan itu, ia teringat gurunya yang kini telah sepuh. Ia putuskan untuk mengunjunginya dan bertanya. Maka ia adukan permasalahannya, tak lupa ia menceritakan usaha kerasnya untuk memecahkan persoalan tersebut, namun tak membuahkan hasil.


 Sang guru pun memahami permasalahannya. Ia tersenyum simpul, lalu menuturkan untaian nasehatnya yang penuh kesejukan.


 “wahai anakku, ketika seseorang belajar hanya melalui buku atau kitab tanpa ada guru yang membimbingnya, maka dikhawatirkan orang itu akan melenceng. Seandainya buku saja cukup tanpa perlu kehadiran orang yang mengajarkannya, niscaya Allah ta’ala tidak akan menurunkan kitab suci beserta mengutus seorang Rasul yang bertugas menjelaskan, menjabarkan, serta menyampaikan isi kitab suci tersebut."


 “ seandainya kitab saja sudah cukup untuk manusia, niscaya Allah tidak akan membuat perjanjian dengan orang-orang yang berilmu agar mereka menyampaikan dan menerangkan dengan apa yang dikandung oleh kitab. Dan tentu Allah tidak akan mengancam akan membelenggu mereka yang menyembunyikan ilmu dengan belenggu api neraka.”


 Kemudian sang guru melanjutkan.”wahai anakku, seseungguhnya redaksi kitab yang tepat adalah; wa yahrumu bai’u burrin mabluulin bi burrin mablulin ( haram menjual gandum basah ditukar dengan gandum basah). Sebenarnya jawaban dari permasalahanmu tidak memerlukan jawaban dari kitab-kitab besar atau kamus-kamus arab atau non arab, tapi memerlukan ketawadhu’an untuk mau bertanya, seperti ketawadhu’anmu bertanya kepadaku saat ini.”


 Setelah kejadian itu,sang Syekh muda tersebut selalu menceritakan pengalaman berharga itu kepada murid-muridnya. Ia mengatakan,” demi Allah aku tidak akan pernah melupakan untaian hikmah dari guruku tersebut.”

 

Sumber : Kitab Khazainussaniyyah

 

 

 

Post a Comment for "Kisah Hikmah : Pentingnya Memiliki Guru"