Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal sosok Syekh Kasyful Anwar Al-Banjari

Syekh Kasyful Anwar Al-Banjari pembaharu pendidikan di Martapura
Syekh Kasyful Anwar bin Haji Ismail Al Banjari

Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, nama Pesantren Darussalam tentu sudah tidak asing lagi. Pesantren terbesar di pulau Kalimantan tersebut adalah salah satu tujuan utama para penuntut ilmu agama. Para santri dari berbagai daerah di Nusantara berdatangan demi menuntaskan dahaganya akan ilmu keislaman. 

Selain itu, Darussalam juga dikenal karena telah berhasil mencetak ulama-ulama terkemuka di masanya. Sebut saja Maulana Syekh Muhammad Zaini Ghani, Syekh Syarwani Abdan, Syekh Samman Mulia, dan Syekh Anang Sya'rani Arif, adalah sebagian dari deretan nama besar yang pernah belajar dan mengajar di pesantren yang telah berusia dari satu abad tersebut. 

Ketika menceritakan kehebatan serta kemuliaan pesantren Darussalam, tentu tidak akan bisa lepas dari perjalanan sosok hebat yang melatar belakangi berdirinya pon pes tersebut. Ia adalah Al Alim Al Allamah As-Syekh Kasyful Anwar bin Haji Ismail Al-Banjari. 

Ia memang bukan pendiri awal pesantren Darussalam. Pendiri dan pimpinan pertamanya adalah Al Marhum KH. Jamaluddin yang mengasuh sejak tahun 1914-1919. Kemudian tampuk kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Hasan Ahmad yang memimpin pada tahun 1919-1922. Pada dua periode pertama, pendidikan diselenggarakan dengan sistem halaqoh, pembelajaran berlangsung seperti majlis ta'lim pada umumnya, jadi belum ada kelas. Namun pada periode ketiga, Darussalam berada di bawah kepemimpinan Syekh Kasyful Anwar, dan di tangan beliaulah Darussalam mendapat begitu banyak perkembangan. 

Beliau banyak merombak sistem pendidikan dan menerapkan kurikulum baru yang dinilai lebih efektif, kemudian perkembangan demi perkembangan terus berlanjut seiring berjalannya waktu, hingga jadilah seperti Darussalam yang kita kenal saat ini. 

Syekh Kasyful Anwar dilahirkan di desa Kampung Melayu. Sebuah desa yang saat ini berada di wilayah kecamatan Martapura Timur, kab. Banjar. Ia dilahirkan dari dua pasangan yang sholeh dan sholehah pada malam selasa, jam sepuluh, tanggal 4 Rajab 1304 Hijriah. Ayahnya adalah Haji Ismail dan ibunya bernama Hajjah Maryam. 

Sejak kecil, ia sudah dididik dengan pendidikan agama oleh kedua orang tuanya, selain itu ia juga belajar kepada beberapa ulama pada masa itu. Di antaranya adalah Syekh Abdullah Khatib dan Syekh Ismail bin Ibrahim. Saat itu masih belum ada lembaga pendidikan resmi, namun tidak membuat semangatnya dalam menuntut ilmu menjadi lemah. 

Hingga mencapai usia mumayyiz, nampaklah cahaya kesholehan pada dirinya. Semangat dan kegigihannya dalam menuntut ilmu tak terbendung. Hal itu membuat sang ayah, kakek dan neneknya berinisiatif untuk membawanya ke Makkah Al Mukarramah demi menuntaskan dahaga Syekh Kasyful Anwar muda sekaligus menunaikan ibadah haji.

Maka atas kesepakatan bersama, berangkatlah seluruh keluarganya ke Makkah Al Mukarromah. Di Makkah, Syekh Kasyful Anwar muda benar-benar memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Kalau siang ia belajar kepada para ulama Makkah, kalau malam ia belajar kepada ayahnya sendiri. Ia juga rajin menghadiri pengajian di Masjidil Harom. Namun berselang dua tahun, musibah yang tak disangka menimpa beliau. Ayahanda yang begitu ia cintai dipanggil kembali ke hadirat Allah. Beberapa tahun setelah itu, saat usia beliau 13 tahun, giliran sang ibunda wafat di tanah yang mulia itu. Kedua-duanya di maqomkan di pemakaman Ma'la. 

Sekali layar berkembang, pantang surut ke belakang. Walau musibah bertubi-tubi menimpanya, namun kobaran semangat untuk merengkuh ilmu tak pernah padam. Tercatat ia banyak belajar kepada ulama-ulama besar di zamannya. Di antaranya adalah :
1. Sayyid Ahmad bin Abu Bakar Syatta
2. Al Habib Ahmad bin Hasan Al Atthos
3. Syekh Muhammad Ali bin Husen Al Maliki
4. Syekh Umar Hamdan Al Mahrusi
5. Syekh Umar Bajunaid
6. Syekh Sa'id Yamani
7. Syekh Muhammad Sholeh bin Muhammad Bafadhol

Sungguh betapa bahagia hati kakek dan neneknya melihat kini Kasyful Anwar tumbuh menjadi pemuda yang sholeh lagi alim. Pengorbanan dan usaha keduanya membuahkan hasil yang manis. Maka pulanglah keduanya ke tanah air bersama rombongan haji lainnya. Di Makkah ia juga sempat mengajari serta membimbing anak dan dua keponakannya, Haji Muhammad Arsyad , Syekh Anang Sya'rani Arif dan Syekh Syarwani Abdan. Dua yang terakhir di kemudian hari dikenal sebagai "Dua Mutiara dari Tanah Banjar."

Pada tahun 1330 H ia pulang ke tanah air. Kedatangannya disambut dengan suka cita. Di kampung halaman ia sibuk dengan kegiatan beribadah, mengajar, dan berniaga. Ia juga dikenal sebagai sosok ulama yang kaya. Ia memiliki usaha perdagangan emas dan Intan, serta hamparan sawah dan kebun karet. Pon Pes Darussalam adalah wadah dakwahnya yang terbesar. Ia memperbarui banyak sistem pembelajaran di sana, hingga boleh dikata, Syekh Kasyful Anwar adalah Mujaddid dunia pendidikan di Martapura. Di bawah kepemimpinannya Darussalam berkembang pesat. Jumlah santri semakin membludak, dan tak terasa alumni a alumninya telah menyebar ke berbagai pelosok negri. 

Beliau adalah sosok ulama yang ikhlas, jujur dan dermawan. Harta, waktu dan badan ia curahkan untuk pendidikan. Hingga dapat kita rasakan manfaatnya hingga sekarang. Ia juga seorang pendidik yang produktif. Ada banyak karya tulis yang ia sumbangkan untuk memperkaya khazanah keilmuan Islam. 

Setelah berdakwah sekian lama, mengajar di lembaga formal dan nonformal, menulis untuk berkarya, dan menunaikan kewajiban sebagai pewaris Rasulullah. Sampailah masanya ia dipanggil untuk kembali ke haribaan-Nya pada usia ke-55 tahun, malam senin, jam 9 lewat 45 menit, tanggal 18 Syawal 1359 H. 

Semoga Allah senantiasa mencurahi beliau dengan Rahmatnya, dan semoga kita bisa meneladani serta mengikuti jejak langkahnya. Dan suatu saat dapat berkumpul dengan baginda Nabi dan seluruh orang sholeh di syurga kelak. Aamiin. 

Referensi : Nurul Abshor fi dzikri nubdzatin min manaqibi As-Syaikh Muhammad Kasyful Anwar. Karya : KH. Munawwar Ghozali

Post a Comment for "Mengenal sosok Syekh Kasyful Anwar Al-Banjari"