Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah hidup datuk walisongo, Imam Al Muhajir (Bagian 1)

Sejarah hidup datuk walisongo, Imam Al-Muhajir (Bagian 1)




Nama Hadramaut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat muslim di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, sebab hubungan antara Indonesia dengan Hadramaut sudah sejak lama terjalin. Sejak kedatangan Habib Umar bin Hafidz, masyarakat mulai menaruh perhatian khusus dengan negeri sejuta wali ini. Lalu sampai saat ini ada banyak pelajar dari Indonesia yang menuntut ilmu di sana. 

Hadramaut saat ini dikenal sebagai negeri penghasil banyak da'i handal yang mengedepankan keindahan akhlaq. Ia juga dikenal sebagai negeri para wali. Di negeri ini ajaran Islam senantiasa dilestarikan, sehingga membuat UNESCO menahbiskan salah satu kota di negeri ini sebagai kota budaya. Dan sudah maklum bahwa di sana adalah tempat tinggal banyak dari keturunan Rasulullah. Termasuk walisongo, kalau kita telisik secara seksama, maka kita akan menemukan silsilah nasab mereka bersambung dengan para wali yang berasal dari Hadramaut. 

Namun tahukah kamu. negeri yang sekarang dikenal dengan kentalnya ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah ini, dahulunya malah dihuni oleh mayoritas penganut aliran khawarij. Hingga datang seorang keturunan Rasulullah yang berasal dari Bashrah. Kedatangannya menjadi tonggak sejarah perubahan Hadramaut menjadi negeri yang Makmur dengan ilmu dan keimanan. 

Sosok itu ialah Al-Imam Muhajir ilallah Ahmad bin Isa. Darinya lahir kalangan Ba-Alawi, gelar kebesaran keturunan Imam Muhajir. Dari generasi ke generasi, keturunan Imam Muhajir menyebar ke berbagai penjuru dunia untuk menyebarkan ajaran Islam, hingga sampai ke negeri kita tercinta ini. 

Lalu siapakah Imam Muhajir ini? Bagaimana perjalanan hidupnya? Apa yang mendorongnya untuk berhijrah ke negeri Hadramaut? Dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk menuliskan sedikit tentang perjalanan hidup sang Imam. InsyaaAllah. 

Ia adalah Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Isa an-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Husain as-Sibth bin al-imam Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-zahra, Putri Nabi Muhammad SAW. 

Imam Al-Muhajir lahir di kota Bashrah Irak pada tahun 273 H. Ada yang mengatakan beliau lahir tahun 279.

Beliau melalui masa kecil di masa yang penuh dengan ragam peradaban dan warna warni ilmu pengetahuan, seperti ilmu Syari'ah, filsafat, sastra, tasawwuf, falak (astronomi), matematika, dll. Walau begitu Bashrah waktu itu juga digoncang oleh pertikaian, fitnah, bentrok pemikiran dan senjata. Al-Muhajir memandang masa itu sebagai masa kritis yang penuh cobaan. Persatuan pemikiran dan politik di berbagai negara Islam terus melemah dan berkembang menjadi krisis sosial dan pertumpahan darah. 

Kepribadian Al-Muhajir dipengaruhi oleh suasana yang penuh dengan ilmu, sastra, filsafat, pertikaian, pertumpahan darah, dan rasa takut. Juga dipengaruhi oleh giatnya gerakan roda perdagangan dan pertanian. Ia menyaksikan kapal-kapal dagang bersandar di Bashrah dengan membawa berbagai macam hasil bumi dan orang-orang dari berbagai bangsa. 

Di masa pemerintahan Abbasiyah, tepatnya sekitar tahun 225 H, terjadi pemberontakan negro dan Qaramithah, sebuah sekte yang dipimpin oleh Yahya bin Mahdi di Bahrain. Dia dan pengikutnya bekerja keras untuk membiuskan faham-faham sesat ke seluruh lapisan masyarakat. Mereka memanfaatkan situasi goncang yang ditimbulkan oleh pemberontakan negro dan khawarij. 

Al-Muhajir dan keluarganya memiliki kedudukan yang terpandang. Mereka dikenal sebagai keluarga yang berhati bersih, istiqomah dan kaya Raya. 

Namun, disebabkan konflik saat itu, Imam Muhajir dengan berbagai pertimbangan memutuskan untuk hijrah beserta keluarga ke Madinah Al-Munawwarah demi menyelamatkan seluruh keluarganya. Mereka sampai di Madinah pada tahun 317. Konon di tahun ini terjadi pertikaian besar di Haramain. Gerakan Qaramithah masuk ke Makkah al Mukarromah pada musim haji dan merebut Hajar Aswad. 

Setahun kemudian Al-Muhajir beserta keluarga menunaikan ibadah haji ke Makkah. Disebabkan Hajar Aswad yang saat itu direbut, maka jamaah haji hanya meletakkan tangannya di tempat Hajar Aswad. Di Makkah inilah Al-Muhajir bertemu rombongan dari Tihamah dan Hadramaut. Mereka belajar kepada Imam Muhajir mengenai ilmu dan akhlaq. Mereka juga menceritakan tentang kekacauan yang ada di negerinya ditimbulkan oleh gerakan Khawarij tersebut. Akhirnya, Imam Muhajir berjanji untuk datang ke negeri mereka. 

Bersambung. 

Sumber : Biografi Ulama Hadramaut. Karya Al Allamah Al Habib Abu Bakar Al-Adni Al-Masyhur. 
Hadramaut Bumi Sejuta Wali. Karya Ahmad Imron dan Syamsul Hary. 
Kenalilah Keluargamu Wahai Alawi. Karya Dr. Sayyid Alwi bin Hamid bin Syihabuddin. 






Post a Comment for "Sejarah hidup datuk walisongo, Imam Al Muhajir (Bagian 1)"