Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Riwayat hidup Qadhi al-Qudhoh Imam Abu Yusuf

Riwayat hidup Imam Abu Yusuf sang hakim agung

Nama lengkap dan kelahiran 

Nama lengkapnya adalah Ya'qub bin Ibrahim al-Anshari al-Kufi. Ia lahir pada tahun 113 H dan wafat pada tahun 182 H. Ia adalah murid utama Imam Abu Hanifah, sekaligus orang pertama yang menyebarkan madzhab fiqih dan pemikirannya. Imam Abu Yusuf adalah orang pertama dalam dunia Islam yang meraih gelar Qadhi Al Qudhah. Kalau sekarang mungkin semacam hakim Agung. Imam Abu Yusuf menjabat sebagai ketua Mahkamah Agung pada masa kekuasaan khalifah al-mahdi (775-785 M), Khalifah al-Hadi (775-786 M), Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M).

Imam Abu Yusuf lahir dari keluarga miskin, namun kemiskinan itu tidak menghalanginya untuk menuntut ilmu kepada para ulama di daerahnya. Ia digambarkan sebagai individu yang sangat haus akan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang hukum. Di antara ulama besar yang pernah menjadi gurunya adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, dan Imam al-Laits bin Saad. 

Imam Abu Yusuf adalah murid Abu Hanifah yang paling Setia. Hari-harinya selama 17 tahun ia lalui bersama sang guru. Selama itu pula ia tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah serta tak pernah meninggalkannya baik pagi maupun sore. Di bawah bimbingan Abu Hanifah, ia mencapai kesuksesan yang luar biasa. Ia bahkan menjadi tokoh besar dan pejabat tinggi pada dinasti Abbasiyah. Namanya menjulang tinggi. Hubungan antara guru dan murid ini sering diwarnai perbedaan pendapat. Walau begitu, Abu Yusuf tetap menghormati dan hubungan mereka tetap utuh. Bahkan, Abu Yusuf lah orang pertama yang menyebarkan pemikiran Abu Hanifah. 

Selain itu, Imam Abu Yusuf adalah intelektual muslim generasi awal yang memiliki kontribusi besar terhadap pemikiran ekonomi Islam. Hal itu dapat dilihat pada bukunya yang berjudul al-Kharaj, yang berarti "perpajakan".

Syaikh Yahya bin Muin mengatakan, "Aku tidak melihat ulama yang begitu cerdas dan kritis, banyak hapal hadist, selain Abu Yusuf."

Demikianlah, Imam Abu Yusuf dikenal sebagai intelektual yang sangat rajin membaca, berdiskusi, dan menulis. Diriwayatkan, bahkan sampai saat-saat terakhir dalam hidupnya, ia masih aktif meneliti, mengajar, dan belajar. 

Konon, ada cerita bahwa Imam Abu Yusuf tidak ikut mengubur jenazah anaknya sendiri, karena khawatir ketinggalan mengaji pada gurunya, Imam Abu Hanifah. Syuja' bin Mukhallad mengatakan : Aku mendengar Abu Yusuf berkata, "Anakku mati. Aku tidak ikut mengurus memandikan, mengkafani, maupun menguburkannya. Aku menyerahkan pengurusannya kepada para tetangga dan saudara-saudaraku, karena aku khawatir ketinggalan pelajaran dari Abu Hanifah yang akan membuatku menyesal selama-lamanya."

Di antara karya tulisnya

Ia juga adalah seorang penulis yang produktif. Ditengah kesibukannya dengan tugas kenegaraan, ia masih sempat melahirkan beberapa karya tulis. Di antaranya : 

1. Kitab al-Kharraj.

2. Ikhtilaf al-Anshar. 

3. Adab al-Qadhi 'ala Madzhab Abu Hanifah. 

4. Al-Amali fi al-fiqh. 

5. Kitab al-Buyu'. 

6. Kitab al-Jawami'. 

7. Kitab al-Hudud. 

8. Kitab ar-Radd 'ala Malik bin Anas. 

9. Kitab al-Faraidh. 

Post a Comment for "Riwayat hidup Qadhi al-Qudhoh Imam Abu Yusuf"